Habib Muchdor : Wajar Publik Marah Melihat Gus Miftah Hina Masyarakat Kecil !
jakarta .–.
Kumparan88newscom.–
Pemerhati Publik dan Kebijakan Hukum”Habib Muchdor Hasan Assegaf mengatakan” Wajar publik marah melihat Gus Miftah menghina masyarakat kecil !
Dikatakannya” Mulutmu, harimaumu! dan peribahasa ini layak dialamatkan kepada Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah!” ujarnya Kamis 5 Desember 2024.
“Sebab ucapan nya yang telah menghina seorang penjual es teh, akhirnya Utusan Khusus Presiden (UKP) Prabowo Subianto untuk bidang kerukunan beragama dan pembinaan sarana keagamaan itu pun dikecam publik dan akhirnya meminta maaf dihadapan publik melalui media sosial.
Sebagai mana diketahui bersama”Peristiwa penghinaan itu sendiri terjadi dalam acara Magelang Bersholawat. Gus Miftah yang mengisi acara itu, terang-terangan mengolok-olok penjual es teh bernama Sunhaji, bahkan hinaan tersebut dilontarkan di hadapan warga yang menghadiri pengajian, termasuk di hadapan sejumlah tokoh agama yang duduk di samping kiri dan kanan Gus Miftah.
Lebih lanjut Habib Muchdor Hasan Assegaf, yang merupakan sebagai Pendiri Organisasi PETIR, juga sebagai Dewan Kehormatan Lembaga Adat Dayak Kalsel,menilai wajar jika publik menunjukkan kegeraman atas ucapan candaan yang dilontarkan Gus Miftah kepada seorang penjual minuman es teh, tindakan Miftah yang dinilai tidak mencerminkan peran seorang penceramah yang seharusnya membawa pesan kesejukan.
Kendati demikian setiap orang berhak menyampaikan pendapat terkait insiden tersebut, Habib mengatakan, masyarakat memiliki kebebasan menilai tindakan Miftah sebagai tokoh agama “Jangan diumbar di depan publik ketika menghadapi orang yang lemah, pasti publik tidak suka,” ujarnya.
Habib Muchdor menilai” Miftah sebagai tokoh agama yang sepertinya berkarakter urakan, di nilai candaan tersebut telah melampaui batas dan tidak pantas, terlebih dilakukan di hadapan publik, penjual es teh yang menjadi sasaran candaan Miftah dan walaupun hanya sekadar penjual es teh, ia tetap warga Indonesia dan saudara yang harus dihormati,” tambahnya.
Habib Muchdor menambahkan” Hendaklah kita sebagai manusia ciptaan Allah SWT, yang diberikan karunia keistimewaan untuk menjaga lisan yang berbeda dari makhluk yang lain, kita tidak boleh mengeluarkan lisan kita,menyinggung perasaan orang lain.
Oleh karena itu menjaga lisan patut menjadi renungan kita bersama agar berbicara untuk lebih berhati-hati, sebab lidah yang tak bertulang tentunya bisa juga menyakiti hati orang lain dan menjadi bumerang untuk diri sendiri, dan yakin insiden ini dapat menjadi pelajaran berharga, baik bagi Miftah maupun masyarakat Indonesia, untuk lebih menghormati sesama” Tutupnya.
(*).