HUPI Dalam Orasinya, Ajak Muslim Di seluruh Dunia Buka Mata, Atas Diskriminasi Etnis Uyghur Dilarang Untuk Berpuasa
HUPI Dalam Orasinya, Ajak Muslim Di seluruh Dunia Buka Mata, Atas Diskriminasi Etnis Uyghur Dilarang Untuk Berpuasa
Jakarta – Humanity United Project Indonesia (HUPI) menggelar aksi terkait, bangsa Uighur di Negara China pada Bulan Ramadhan ini dilarang untuk berpuasa.
“Ratusan orang massa aksi dari Humanity United Project Indonesia (HUPI) berbondong-bondong geruduk kedutaan besar Tiongkok di Jalan Mega Kuningan No 2, Jakarta Selatan, setelah Organisasi Kongres Uighur Dunia melaporkan bahwa di bulan Ramadan ini, nasib bangsa Uighur di China menderita yang dimana sejumlah umat Muslim di China dilarang untuk berpuasa. ” Selasa (4/4/23).
Pada kesempatan ini
Askan Nor selaku koordinator lapangan menyampaikan ” Unjuk rasa kami memuat (4) point tuntutan yaitu ;
1. Menuntut Pemerintah China berikan kebebasan dalam melaksanakan Ibadah dan Puasa Ramadhan.
2. Menuntut pemerintah China menghentikan genosida dan diskriminasi etnis uighur.
3. Menuntut keterbukaan informasi dan akses investigasi lembaga independen.
4.Mendesak pemerintah China menjamin kebebasan beragama dan penghentian penghancuran (alih fungsi rumah ibadah/masjid).
Sebagai ummat islam kita merasakan betul bahwa satu muslim dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara dan sebagai umat Islam laksana satu batang tubuh, yang tak terlepaskan jika satu bagiannya sakit, maka bagian yang lain ikut merasakan sakit,dan seharusnya Umat muslim di seluruh dunia tersakiti,
ketika mendengar bahwa masyarakat minoritas muslim Uyghur di paksa untuk tidak berpuasa.
Selanjutnya Askan putra daerah yang berasal dari Pasaman Barat ini menyatakan penderitaan muslim uyghur seharusnya mendapat simpatik dunia internasional, yang mana,
“Mereka sepertinya mendapatkan intimidasi dan terancam ditangkap jika ketahuan berpuasa”, ujarnya saat memimpin orasi.
Hal senada juga disampaikan oleh Ahmad Muhadi salah seorang peserta aksi mengatakan Jurnalis dan tamu melihat banyak kejanggalan dan kecurigaan, yang mana jurnalis dalam kunjungannya ke Xinjiang pada 2019, Uni Lubis dan rombongan wartawan Indonesia dan Malaysia memasuki kamp Uighur yang diklaim oleh China sebagai pusat pendidikan. Akan tetapi banyak yang meragukan akan keterangan itu dan sepertinya ada yang di tutup – tutupi.
Perlu diketahui di Xinjiang, setidaknya sekira hampir 16.000 masjid di lantarkan juga ada yang dialih fungsikan atau diratakan
yang mana kegiatan ibadah keagamaan dilarang dan identitas seorang muslim sepertinya tidak disenangi.
Oleh karena itu mata dunia harus tertuju dan harus bisa melihat disinyalir telah terjadi persekusi, penindasan, pemasungan hingga genosida budaya secara sistematis dan sangat serius ” Tutupnya.